Keris nogososro |
keris nogososro |
Bagi kita sebagai pecinta seni pusaka keris/tosan aji paling tidak harus tahu berbagai macam bentuk dapur keris,terkadang dalam satu dapur keris akan tetapi terdapat bermacam macam nama salah satunya keris berdapur nogo.dan kita sebagai pecinta sekaligus pengagum seni pusaka harus bisa "mengenali Keris Dapur Nogo Sosro" salah satunya.
Keris yang bermotifkan naga/nogo dgn luk 13 pun tidak hanya Nogo sosro. ada keris lain dengan motif naga/nogo namun bukan Nogo sosro Diantaranya
Keris Nogo kikik: Keris motif naga luk 13 di serasah emas sampai ekor, kepala naga tdk dengan mahkota, namun hanya memakai tropong dan tanpa intan di mulutnya.
Keris Nogo Rojo: Keris serupa bertatahkan emas kepala naga bermahkota tanpa ada intan Di mulutnya.
Keris Nogo Siluman: Keris luk 13 namun gambar Naga bermahkota hanya pada bagian kepala dan ekornya saja dan bagian tubuh tidak ada.
Keris Nogo Welang: Luk 13 dan kepala naga dgn hiasan mahkota narpati (bukan mahkota raja) dan gambaran tubuh selang seling antara emas dan pamor dan jk diamati nampak seperti ular welang.
Keris Nogo Bangkotan: Keris luk 13 kepala naga bermahkota Di serasah sampai ekor namun gambaran naga hanya sampai sepertiga badan keris.
Keris Nogo Runting: Keris bermotifkan naga Di serasah emas sampai ekor bermahkota narpati dan mulut runcing
Keris Nogo Sampo: Keris motif naga luk 13 Di serasah sampai ekor namun bentuk gambar naga seperti naga dalam mitos cina.
Keris Nogo Puspo: Luk 13 Di serasah sampai ekor kepala naga bermahkota dan bentuk ekor seperti bunga yang mekar.
Keris Nogo Penganten: Luk 13 dengan motif dua ekor naga yang saling melilit serta kepala naga di bagian depan dan belakang bagian sor-soran keris dan Di serasah.
Keris Nogo Pandhito: Keris dengan motif naga yang serupa dengan Nogo sosro namun di bawah kepala naga ada tatahan orang bertapa.
Itulah sedikit gambaran mengenai keris yang bermotifkan naga dan masih banyak lagi keris bermotifkan naga dgn bentuk dan ciri2 yang berbeda serta ada yang lurus dan luk.
SEPENGGAL KISAH KERIS NOGO SOSRO.
Mohon di fahami dalam kisah cerita seperti ini sangat banyak fersi dan tolong jangan di pertentangkan dari satu cerita versi lain, yang penting kita memelihara dan ikut memiliki(hangdarbeni) warisan adiluhung dari para orang tua orang tua kita jaman dahulu.kabudayan kang adhiluhung iku gumantung marang sopo kang ngrepto lan sopo kang angleluri.kebudayaan adalah ciri nusantara ini dari jaman dahulu samp[ai sekarang, budaya suatu bangsa adalah ciri/cermin bangsa itu sendiri.
Sepenggal kisah lahirnya keris kiai nogo sosro,Malam itu kabut menyelimuti kotaraja Majapahit. Di langit, mendung menggelanyut menutup gemerlap bintang. Gelap sunyi, bahkan tak terdengar suara jengkrik dan garengpong yang biasanya rajin berpesta menyambut jatuhnya sinar rembulan. Para Rakryan Mahamantri Katrini, Rakryan Mantri ri Pakira-kiran. Dharmmadhyaksa serta Dharmma-upapatti memenuhi pendopo agung kotaraja. Duduk bersimpuh mendengarkan sang Raja yang sedang prihatin melihat kondisi kerajaan yang kian memburuk. Musim Paceklik cukup panjang sehingga sawah & ladang kering, hasil panen tidak mencukupi kebutuhan rakyat banyak, perekonomian masyarakat telah dikuasai para saudagar besar yang memonopoli perdagangan, para pejabat kerajaan tak mempedulikan keadaan rakyat, sibuk saling sikut untuk mencari kekuasaan & memperkaya diri sendiri. Kerajaan2 andahan sudah mulai berani membangkang tidak mematuhi arahan2 dari sang Raja, terutama Blambangan yang menurut informasi para telik sandi, sudah menyiapkan bala tentara untuk menggempur kota raja Serta masih banyak lagi hal yang disampaikan oleh sang Raja dalam keluh kesah keprihatinannya malam itu.
Semua yang hadir hanya menunduk terdiam. Mulut mereka kelu terkunci tak mampu menyela ataupun menampik keprihatinan sang Raja karena memang itulah yang senyatanya terjadi di wilayah kerajaan Majapahit saat itu. Sementara Raja menarik nafas dalam merasakan beban berat berada di pundaknya. Matanya menerawang jauh ke arah wringin kembar yang tertancap kokoh di tengah alun2 kota raja.
Ditengah ketermangguan yang kaku itu, seorang Dharmma-upapatti tiba2 membungkuk menyembah sang Raja, memohon ijin untuk menyampaikan pendapat. Sang Raja pun mengijinkan karena memang ia ingin sekali mendengar masukan dari yang hadir pada malam itu. Maka si Dharmma-upapatti pun memulai kalimatnya,"Mohon ampun paduka Baginda, memang benar apa yang paduka Baginda sampaikan. Kamipun sangat merasakan keadaan tak menentu yang menimpa kerajaan Majapahit saat ini. Menurut hemat saya, apakah tidak sebaiknya jika Baginda Raja memanggil mPu Supo ke kerajaan dan menitahkannya untuk membuat sebilah pusaka guna meredakan semua ontran2 yang terjadi saat ini ?
Sang Raja pun terhenyak dari kemasygulannya. Berdiri lantas berucap, " Benar apa yang kau sampaikan itu. Sudah lama kerajaan tidak memiliki pusaka setelah Kyai Sengkelat yang kita selamatkan dari Blambangan. Kini sudah saatnya Majapahit memiliki pusaka yang bisa menenteramkan kondisi kerajaan kita saat ini". Maka segeralah Raja menitahkan orang kepercayaannya untuk memanggil mPu Supo agar membuatkan keris pusaka kerajaan.
Singkat cerita, setelah MPu Supo menerima titah raja, maka segeralah dia bersemedi memohon petunjuk kepada Shang Hyang Tunggal. Bertapa cukup lama sampai mendapatkan petunjuk bagaimana bentuk & manfaat pusaka yang nanti akan digunakan sebagai salah satu pusaka andalan Majapahit itu. Setelah mendapat petunjuk, maka segeralah ia mencari bahan2 yang dibutuhkan dan mempersiapkan segala ubo rampe pembuatan pusaka kerajaan tersebut. Menempanya di kawah gunung yang sangat panas, dan menyepuhnya di laut sampai air laut itu bergejolak sehingga sampai disebut dengan Segara Wedang, yaitu air laut yang bergejolak seperti air panas yang bergelora. Setelah jadi, pusaka tersebut ternyata memiliki hiasan yang sangat indah berbentuk Naga dengan sisik yang banyak yang lantas diberi julukan Sisik Sewu atau Seribu Sisik berhias emas dengan relief kijang emas atau Kidang Mas (Kidang Kencana) di sisi tengah bawah sor-soran.
Setelah selesai seluruh prosesi pembuatan pusaka yang berbentuk Naga tersebut, lantas MPu Supo menyerahkannya kepada sang Raja. Tak ayal, sang Raja sangat bergembira menerima pusaka yang dipesannya tersebut yang lantas menamainya dengan gelar Kyai "NOGO SOSRO"
Dalam cerita ini, memang keris pusaka NOGO SOSRO diceritakan dibuat oleh mPu Supo pada era kerajaan Majapahit. Dalam legenda disebut bahwa pembuatan Kyai Naga Sasra sampai membuat air laut bergejolak (Segara Wedang). Legenda ini seakan mengejawantahkan situasi dimana pusaka tersebut lahir ditengah situasi sosial-politik Majapahit yang sedang bergejolak akibat begitu banyaknya pertentangan, pemberontakan, kemiskinan dan berbagai malapetaka lainnya. Berbagai perbedaan pandangan politik, kesenjangan sosial yang makin tampak dan beragamnya kepercayaan masyarakat pada masa itu diibaratkan dengan istilah Sisik Sewu (Sasra).
Naga Sendiri memiliki makna kewibawaan seorang Raja yang bisa memberikan pengayoman, perlindungan dan mampu mensejahterakan masyarakat yang dipimpinnya. Menyatukan berbagai perbedaan yang ada dengan simbol Keris yang bermakna tungggal lan manunggal. Sedangkan kidang kencana atau kidang mas melambangkan kemakmuran ketika semua elemen masyarakat mampu bersatu padu menyatukan tekad membentuk kerajaan yang besar. Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kertaraharja diejawantahkan dalam hiasan emas yang melapisi bilah keris Naga Sasra tersebut.
Demikian sehingga kyai Naga Sasra telah menjadi pusaka yang benar2 mengilhami sang Raja sehingga mampu menjalankan roda pemerintahan dengan lebih bijaksana dan mampu menyatukan cara pandang masyarakat sehingga segala ontran2 bisa dilalui dengan baik. Maka Kerajaan Majapahitpun kembali berdiri tegar menjadi kerajaan yang kuat.
Semoga ada manfaatnya sebagai bentuk pembelajaran mengenai pusaka peninggalan para sesepuh tanah jawa.